Selasa, 01 Maret 2011

Mimpi Berujung Pilu

Oo ya nasib, nasibmu bukan nasibku …penggalan lagu dari Iwan Fals seolah mengantarkan rasa keegoan dan ketidak perdulian terhadap orang lain, tetapi haruskah hanya berpangku tangan dan melepaskan tanggung Baca selengkapnya di kompasiana
jawab melihat semua ini terjadi dihadapan kita, terhadap sanak saudara , tetangga ,orang yang kita kasihi dan disayangi putra putri bangsa ini ,mereka yang kini menangis sedih di balik jeruji besi hotel prodeo di luar sana menunggu detik-detik sang algojo atas nama hukum melepas nyawa dari badannya.

Aku berangkat dari negeri yang kucintai ini, negeri yang kaya ,negeri yang subur gemah ripah ini hanya untuk mencari nafkah, menafkahi anak-anakku yang masih kecil , membelikan ia pakaian dan susu , kukirimi uang hasil jerih payahku dari negeri sana hanya untuk membuat anak-anakku bahkan orang tuaku merasa bahagia, senang hatiku membaca surat atau menerima sms dari anakku ketika ulangannya disekolah memperoleh nilai bagus .

Negeri yang kaya ini tak lagi berpihak padaku, tak lagi memberiku kesempatan untuk bekerja dengan layak padahal aku menyadari sepenuhnya aku adalah bagian dari negeri yang kaya ini, namun aku sadar negeri yang kaya tak berarti rakyatnya harus kaya pula. Aku tidak ingin menjadi kaya, aku hanyalah ingin anak-anakku mendapatkan hidup yang layak makan dengan makanan yang baik , ku beri nasi dan tak akan ku berikan nasi aking , ku berikan ia susu dan bukan air dari cucian beras ,putih seputih susu namun terasa tawar membuatnya ia ingin muntah.

Kutinggalkan ia anak-anakku dengan tetesan air hujan yang jatuh dari atap rumah yang bocor di kala hujan turun ditemani dengan ibuku yang tak lagi kuat berjalan bila tak memakai tongkat, tangisan anak-anakku tak menyurutkan aku melangkahkan kakiku melintasi lautan nan luas. Aku pergi meninggalkan negeriku yang kaya dengan memikul semua beban hutang-hutangku yang kupinjam dari seorang kaya hanya untuk bekal perjalananku ke luar sana , aku terbang membawa impian untuk anak-anakku yang jauh kutinggalkan di negeri yang kaya itu .

Aku memang hanya punya mimpi –mimpi , dan mimpi-mimpi itu dirampas oleh mereka yang punya kuasa ,merasa saya adalah tuanmu, majikanmu yang harus selalu diturut , bila tidak makian, umpatan bahkan hantaman tongkat menerpa badanku , aku berteriak didalam bekapan mereka, rintihan rasa sakitku hanya terdengar di ruangan yang pengap dan terkunci rapat. Aku tak tahu ,apakah aku satu-satunya orang yang terampas dari mimpi-mimpi indah itu atau masih banyak aku aku lainnya yang mimpi-mimpinya terkubur oleh ganasnya sang majikan.

Sementara anak-anakku di negeri yang kaya itu berharap melihat ibunya datang membawa boneka dan pakaian-pakain bagus untuknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar