Senin, 20 September 2010

Bunuh Diri Suatu fenonema Buruk Kehidupan Manusia

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
(surat Al-Baqarah: 30)

Dalam konteks ayat tersebut diatas sudah jelas manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang paling sempurna bila dibanding dengan makhluk lainnya, yang mempunyai kewajiban serta tanggung jawab untuk mengelola bumi dan segala isinya . Karena itulah manusia diciptakan dengan kesempurnaan akal dan pikiran dibandingan dengan mahluk-mahluk lainnya. (baca juga disini)


Kita terkejut ketika akhir-akhir ini begitu banyak berita tentang kasus mengenai bunuh diri ,tidak hanya dilakukan oleh pelaku secara perseorangan namun lebih ironis upaya bunuh diripun menyertakan keluarga termasuk anak-anak dan bahkan bayipun tak luput menjadi salah satu korban kebiadaban upaya bunuh diri ini.

Upaya bunuh diri ini tak lepas dari begitu peliknya persoalan-persoalan hidup dan kehidupan masyarakat dari persoalan keluarga, lingkungan pekerjaan dan lebih-lebih dari persoalan yang ada kaitannya dengan keterbatasaan ekonomi keluarga, dililit hutang dan lainnya.

Tekanan demi tekanan, persoalan demi persoalan tak juga menemukan jalan keluarnya sehingga menimbulkan tekanan dalam jiwa yang cenderung membuat orang menjadi stress dan berupaya mencari jalan keluar yang begitu instant. bunuh diri mungkin suatu alternatif yang terbaik dilakukan orang yang sudah kehilangan akal sehatnya .sungguh Peristiwa yang tragis karena mempunyai Hutang Rp. 20.000,- dan merasa malu tak sanggup untuk membayar hutangnya lagi-lagi harus diakhiri dengan jalan bunuh diri.

Mengapa bunuh diri itu harus terjadi ?

Sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi apabila manusia bisa bersosialisasi dan ber interaksi dengan yang lainnya baik itu dengan lingkungan alam maupun berinteraksi sosial yang berlandaskan keTuhanan, bila ini terjadi maka manusia hak dan kewajiban sebagaimana layaknya manusia akan berjalan dengan seimbang , lunturnya kepekaan dan keperdulian terhadap sesama salah satu penyebabnya sehingga pelaku bunuh diri merasa tak ada lagi tempat untuk mengadu dan mencurahkan segala persoalannya yang terjadi. atau barang kali manusia terlalu sibuk memikirkan kehidupannya sendiri tanpa pernah tahu (atau pura-pura tidak tahu) akan kesulitan orang lain.

Alangkah tidak bijaksananya kita menyalahkan pelaku bunuh diri dengan asumsi mungkin dasar agamanya belum kuat, tidak yakin akan Kebesaraan Allah Maha Penolong dan pembuka jalan ketika hambanya mengalami cobaan dan kesulitan, justru sebaliknya dari sinilah manusia belajar untuk selalu melihat orang lain, berinteraksi dengan orang lain dengan berbagai macam cara yang secara sederhana mulai dari menyapa, mengajak ngobrol dalam setiap kesempatan, berjamaah dimesjid , ikut dalam pertemuan di Rt atau kegiatan-kegiatan lainnya yang memungkinkan manusia bisa berinteraksi dengan orang lain, sedikitnya dari obrolan tersebut minimal akan tahu kondisi seseorang pada saat itu ?, atau bahkan Para Ibu-ibu rumah tangga pada saat berbelanja sayuran di Tukang sayur pun bisa jadikan sarana untuk berinteraksi dengan ibu-ibu lainnya.

Interaksi ini bukan berarti kita ingin mengetahui persoalan baik buruknya orang lain tentunya, tapi lebih mengedepankan interaksi sosial kemasyakaratan yang berkesinambungan karena dengan cara-cara inilah mungkin salah satu jalan mencegah dari perbuatan bunuh diri tersebut.

Yang jelas selama manusia masih bernapas persoalan dan permasalahan dalam hidup akan selalu muncul silih berganti, ingatlah semuanya permasalahan yang terjadi tidak untuk dihindari tapi harus diselesaikan sampai tuntas dan selesai , jangan pernah berpikir permasalahan itu akan selesai dengan sendirinya.Adakalanya persoalan itu tak bisa diselesaikan sendiri terkadang butuh bantuan orang lain untuk menyelesaikannya atau mencari jalan keluarnya.

“ Dan terhadap orang yang meminta-minta maka janganlah kamu menghardiknya”
(surat Adh-Dhuhaa: 10)
Jangan biarkan teman, saudarakita, tetangga atau bahkan saudara kita mengalami fenomena buruk ini tetaplah selalu membuka tangan dan pikiran kita untuk orang lain yang mengharap bantuan dari kita.

“Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu Ada Kemudahan “ (surat Alam Nasyrah :6)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar